[aioseo_breadcrumbs]

[wpbb post:title]

[tanggal-pos]

Bagikan : [social-share]
[single-thumbnail]

SINTESANEWS.ID – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti lemahnya kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan tuberkulosis (TBC) dan mendorong penerapan kembali program pengobatan TBC berbasis pengawasan langsung atau Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) secara ketat di seluruh wilayah Kaltim.

Menurut Andi, pengawasan ketat terhadap konsumsi obat oleh pasien TBC adalah langkah penting dalam memastikan efektivitas pengobatan dan mencegah terjadinya resistensi obat.

Ia menyayangkan tren menurunnya kepatuhan pasien dalam beberapa tahun terakhir, yang berdampak pada meningkatnya risiko TBC resisten obat (TB RO).

“Dari dulu pemerintah sudah mengembangkan DOTS, yaitu pengobatan TBC yang sistemnya dilakukan dengan pengawasan langsung.

Obat itu diminum di depan pengawas, bukan hanya dikasih lalu dibawa pulang begitu saja. Ini harus digalakkan kembali,” ujarnya, Senin (19/5).

Politikus Partai Gerindra itu menjelaskan bahwa kepatuhan pasien masih menjadi tantangan besar dalam program penanggulangan TBC.

Meskipun fasilitas dan obat-obatan sudah disediakan pemerintah, banyak pasien yang tidak melanjutkan pengobatan hingga tuntas, sehingga memperburuk kondisi kesehatan mereka dan membebani sistem layanan kesehatan.

“Yang sering terjadi adalah orang bilang iya-iya saja, tapi ternyata obatnya tidak diminum. Kalau tidak diawasi langsung, banyak pasien yang akhirnya putus obat di tengah jalan. Ini sangat berbahaya,” tegasnya.

Andi menilai, pemerintah daerah harus menggandeng puskesmas, rumah sakit, serta kader kesehatan di tingkat kelurahan dan desa untuk mengaktifkan kembali sistem pengawasan langsung ini.

“Tenaga pengawas bisa dari lingkungan sekitar pasien. Yang penting ada pihak yang memastikan obat diminum dengan benar, setiap hari,” jelasnya.

Ia juga menekankan perlunya pelatihan dan pendampingan bagi para pengawas TBC agar mereka memahami pentingnya konsistensi dalam pemantauan pengobatan. Menurutnya, pelibatan masyarakat adalah kunci keberhasilan sistem DOTS di lapangan.

Lebih lanjut, Andi mendorong Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim untuk melakukan evaluasi terhadap efektivitas program TBC selama ini.

Ia menyarankan agar data pasien yang putus obat dikaji lebih dalam untuk mengetahui pola-pola penyebabnya dan menentukan langkah korektif.

“Jangan sampai program ini hanya berjalan di atas kertas. Kita ingin hasil yang nyata. Kalau perlu, ada reward bagi pasien yang disiplin, dan pendekatan khusus untuk yang cenderung abai,” tutupnya.(Adv)

6085768219885996691-min

TOPIK TERKAIT

BERITA UTAMA

REKOMENDASI