SINTESANEWS.ID – Rendahnya keterwakilan perempuan di legislatif Kalimantan Timur mendapat sorotan dari Anggota DPRD Kaltim, Shemmy Permata Sari.
Saat ini, jumlah anggota perempuan hanya mencapai 8 persen dari total 55 kursi, atau sekitar 14,54 persen, jauh di bawah target keterwakilan minimal 30 persen.
Menurut Shemmy, keberadaan perempuan di parlemen sangat penting untuk memastikan hak-hak dan kebutuhan perempuan terakomodasi dengan baik.
“Meskipun sudah banyak profesi yang melibatkan perempuan, di legislatif, keterwakilan perempuan masih jauh dari harapan,” ungkap politisi Golkar ini.
Hasil Pemilu Legislatif Februari lalu menunjukkan keterlibatan perempuan di DPRD Kaltim periode 2024-2029 turun dibanding periode sebelumnya, yang mencapai 20 persen.
Saat ini, dari 55 anggota, hanya delapan perempuan yang terpilih, sedangkan sisanya adalah laki-laki. Shemmy menekankan bahwa perempuan membawa perspektif yang lebih inklusif dalam kebijakan.
“Perempuan berperan penting dalam membawa perspektif yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
Upaya untuk meningkatkan partisipasi perempuan di politik sebenarnya telah diatur, misalnya melalui kuota gender untuk calon legislatif dan kampanye kesadaran publik.
Namun, Shemmy mengakui tantangan seperti stereotip gender, akses pendidikan, dan budaya patriarki masih menjadi hambatan besar.
Perempuan di DPRD Kaltim periode 2024-2029 ini tersebar di beberapa partai, yaitu PDI-P dengan dua anggota, PKB tiga anggota, dan Golkar tiga anggota. Dari PDI-P, ada Ananda Emira Moeis dari Dapil Samarinda dan Yonavia dari Dapil Kubar-Mahulu. Dari Golkar, ada Syhariah dari Dapil PPU-Paser, Hj Syarifatul Syadiyah, serta Shemmy Permata Sari dari Dapil Berau-Kutim dan Bontang. PKB menempatkan Damayanti dari Dapil Balikpapan, Yenni Eviliana dari Dapil PPU-Paser, dan Hj Sulasih dari Dapil Berau-Kutim dan Bontang.
Shemmy berharap peningkatan partisipasi perempuan di sektor politik dapat terwujud demi terbangunnya kebijakan publik yang lebih inklusif dan berkeadilan. (Adv)