SINTESANEWS.ID – Pemilu 2024 sudah memasuki tahap kampanye. Ini adalah momentum bagi rakyat Indonesia untuk menentukan pilihan pemimpin dan wakil rakyatnya untuk lima tahun ke depan. Namun, di balik semangat demokrasi, ada juga bahaya polarisasi yang mengancam persatuan dan kerukunan bangsa.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Paguyuban Time Sumatera, Budi Awaludin, yang mengingatkan pengalaman Pemilu 2019 yang penuh dengan gesekan dan konflik di masyarakat.

Menurutnya, hal itu harus dihindari agar tidak merusak tatanan sosial dan mengganggu pembangunan.

“Polarisasi di tengah masyarakat hanya akan membawa dampak buruk berkepanjangan dan diperlukan waktu yang lama untuk rekonsiliasi, sehingga akan menghambat terlaksananya pembangunan berkelanjutan dan pelaksanaan program-program pemerintah,” kata Budi, Kamis (21/12/2023).

Budi menekankan pentingnya Pemilu damai yang kondusif sebagai dambaan bersama. Ia berharap transisi kepemimpinan nasional dapat berlangsung lancar tanpa ada gejolak di negeri ini.

Untuk itu, ia mengajak para pemuka masyarakat, pemuka adat, dan stakeholder lainnya untuk menghimbau masyarakat agar tidak terpecah belah karena Pemilu.

“Persatuan dan kesatuan serta kerukunan di masyarakat lebih utama. Kita harus saling menghormati dan menghargai pilihan masing-masing, tanpa harus saling bermusuhan atau menghina,” ujarnya.

Budi juga menyatakan sikap netral organisasinya dalam Pemilu 2024, baik untuk Pemilu legislatif maupun Pilpres. Ia menyerahkan pilihan kepada anggota-anggotanya, dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kondusifitas.

“Kami juga akan mendukung pelaksanaan Pemilu berjalan damai, layaknya pesta demokrasi sehingga terpilih pemimpin nasional yang benar-benar diharapkan dan mampu menjawab berbagai tantangan di masa mendatang,” tutup Budi. (*)