Home » Advertorial » DPRD Kaltim » Capaian Pengobatan TBC di Kaltim Masih Rendah, DPRD Dorong Disiplin dan Pengawasan Ketat

Capaian Pengobatan TBC di Kaltim Masih Rendah, DPRD Dorong Disiplin dan Pengawasan Ketat

Senin,19 Mei 2025 04:41WIB

Bagikan : Array

SINTESANEWS.ID – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti rendahnya capaian keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TBC) di provinsi ini.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kaltim, tingkat keberhasilan pengobatan atau Treatment Success Rate (TSR) pada Januari hingga April 2025 baru mencapai 77,15 persen.

Dari total 3.356 pasien TBC yang memulai pengobatan dalam periode tersebut, hanya 1.896 pasien yang berhasil menyelesaikan terapi.

Sisanya, 286 pasien putus obat, 152 meninggal dunia, 12 mengalami kegagalan pengobatan, 317 belum dievaluasi, dan hanya 693 yang dinyatakan sembuh. Capaian ini masih jauh dari target nasional yang idealnya di atas 90 persen.

“Angka ini cukup mengkhawatirkan. TBC bukan penyakit ringan, dan pengobatannya butuh disiplin tinggi. Jika tidak patuh, bisa berdampak buruk, termasuk resistensi obat,” kata Andi Satya, Senin (19/5/2025).

Legislator dari Fraksi Golkar ini menegaskan, pengobatan TBC memerlukan waktu minimal enam bulan.

Jika pasien berhenti di tengah jalan atau tidak mengikuti jadwal dengan tepat, mereka berisiko mengalami resistensi terhadap obat lini pertama.

Akibatnya, pengobatan harus menggunakan obat lini kedua atau bahkan ketiga, yang lebih kuat, lebih mahal, dan dengan efek samping lebih berat.

“Jika tidak patuh, nanti harus pakai obat lini kedua atau ketiga yang lebih berat dan lebih mahal. Ini yang kita ingin cegah. Selain menyusahkan pasien, juga membebani sistem layanan kesehatan,” ujarnya.

Selain mendorong kepatuhan pasien, Andi juga meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan edukasi masyarakat mengenai bahaya TBC dan pentingnya menyelesaikan pengobatan.

Ia menyebut salah satu penyebab tingginya angka putus obat adalah kurangnya pemahaman pasien tentang konsekuensi jangka panjang.

Andi juga menyerukan pentingnya upaya pencegahan penularan, terutama di lingkungan keluarga. Ia mengimbau pasien aktif TBC untuk menjaga jarak dengan anggota keluarga sehat dan menggunakan masker secara konsisten.

“Kalau sedang aktif batuk, sebaiknya pisah kamar. Ini langkah sederhana tapi efektif untuk melindungi orang-orang di sekitar,” ucapnya.(Adv

6085768219885996691-min

TOPIK TERKAIT

BERITA UTAMA

REKOMENDASI

WhatsApp Image 2025-03-03 at 10.30.26

TEKNOLOGI

TERPOPULER

HIBURAN

bannera

POLITIK