SINTESANEWS.ID- Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menyoroti tingginya angka stunting di Kaltim, dengan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda tercatat sebagai daerah dengan kasus tertinggi. Ia menekankan bahwa persoalan ini membutuhkan kerja sama lintas sektor serta keterlibatan aktif para orang tua.

“Ini bukan hanya tugas pemerintah. Orang tua dan semua elemen masyarakat harus terlibat. Tanpa peran keluarga, penanganan stunting akan sulit berhasil,” ujar Ananda, Sabtu (4/5/2025).

Menurutnya, intervensi medis dan bantuan makanan bergizi saja tidak cukup. Pencegahan stunting membutuhkan pendekatan holistik, mulai dari edukasi pola asuh, peningkatan literasi gizi, hingga dukungan lingkungan tumbuh kembang anak yang sehat.

Ananda juga menggarisbawahi pentingnya penyuluhan bagi orang tua agar mampu mengikuti perkembangan zaman dalam mengasuh anak. “Teknologi sudah maju, tantangan juga berubah. Kita harus bekali orang tua dengan pengetahuan baru tentang parenting dan gizi,” katanya.

Ia menyebut masa usia emas anak, 0–12 tahun, sebagai periode krusial untuk membentuk karakter, kesehatan, dan kecerdasan anak. Oleh karena itu, pendekatan edukatif dan preventif dinilai lebih efektif dibandingkan upaya kuratif semata.

DPRD Kaltim, kata Ananda, berkomitmen mendorong alokasi anggaran dan kebijakan yang mendukung penguatan program penanganan stunting. Termasuk di dalamnya pengaktifan posyandu, pelibatan tenaga penyuluh, dan edukasi komunitas.

Tak hanya pemerintah, ia juga mengajak dunia usaha, media, dan lembaga pendidikan untuk ikut dalam kampanye penanggulangan stunting secara masif.

“Stunting bukan sekadar isu kesehatan, tapi juga soal pola pikir, pola asuh, dan akses informasi. Kita butuh gerakan sosial, bukan sekadar program statistik,” tegasnya.(Adv)