Jakarta, sintesanews.id – Indonesia menyiapkan lapangan kerja pada sektor ekonomi hijau (green jobs). Lapangan kerja itu tersebar pada berbagai sektor.
Kepala Grup Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan Enrico Hariantoro menyebutkan tiga sektor utama yang berpotensi menyediakan lapangan kerja hijau (green jobs), yakni sektor pertanian, sektor pariwisata, dan sektor energi.
“Dengan guiding taksonomi hijau, ini kita bisa melihat bahwa terdapat tiga sektor dengan potensi green jobs terbesar,” kata Enrico pada acara webinar Indonesia’s Green Jobs Conference yang diselenggarakan Selasa (8/2/2022).
Dari pemaparan Enrico, selama pandemi, sektor pertanian memiliki pertumbuhan positif selama pandemi dan mulai diminati generasi milenial.
Kemudian dari sektor pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memprediksi akan dibuat produk ecotourism dan wellness tourism yang dapat menyerap tenaga kerja.
Terakhir, sektor energi di mana menurut hasil riset International Renewable Energy Agency (IRENA) sudah terdapat 12 juta realisasi pekerjaan EBT di 2020 secara global, dan akan muncul 43 juta pekerjaan EBT di 2050.
“Jasa ataupun peluang-peluang bisnis tersebut dari perusahaan-perusahaan yang memang dapat mendukung green economy,” ujar Enrico.
Direktur Lingkungan Hidup Bappenas Medrilzam mengatakan, Indonesia sudah memiliki peta okupansi green jobs yang dibuat dalam rangka meningkatkan kualifikasi nasional.
Dalam peta tersebut, terdapat lima bidang tenaga kerja yang berpotensi membuahkan green jobs, antara lain sektor pertanian, sektor manufaktur, sektor konstruksi, sektor jasa dan administrasi, dan sektor ketenagalistrikan dan EBT.
Medrilzam memproyeksi akan ada sekitar 1,8 juta sampai 2,2 juta lapangan kerja tambahan pada 2060 bila pemerintah berhasil melakukan intervensi yang cukup signifikan di beberapa aspek, yakni dari bidang EBT, Electric Vehicle (EV) atau kendaraan bertenaga listrik, efisiensi energi, pemanfaatan berkelanjutan termasuk sirkuler ekonomi dan peningkatan pengolahan limbah.
“Jadi sebenarnya konteks green economy ini diharapkan bisa menciptakan green investment yang bisa memiliki multiplier effect yang bisa menciptakan tujuh sampai 10 kali lipat lapangan kerja baru, bahkan lebih besar dibandingkan investasi dari pola-pola atau sektor yang konvensional,” jelasnya.
Ia berharap ke depan seiring keinginan pemerintah melakukan reformasi atau transformasi terhadap ekonomi Indonesia, sektor tenaga kerja dapat dikembangkan agar dapat mengisi lahan tenaga kerja hijau yang diperlukan.
“Dengan mengurangi emisi karbon, tenaga kerja hijau ini juga perlu kita sasar, perlu kita kembangkan dengan baik. Start from scratch juga tidak apa-apa. Kita mulai bersama-sama kita define kita klirkan mekanismenya sehingga kita bisa implementasikan dengan lebih baik,” ujar Medrilzam.
Perwakilan BPS DMI Kementerian Perindustrian Arus Gunawan menambahkan pihaknya sudah menginisiasi beberapa jenis pelatihan untuk lapangan pekerjaan hijau yang diharapkan dapat bertambah seiring Indonesia bertransisi ke green economy, di antaranya termasuk eco-planner, energi startup dan solar panel technician.
“Beberapa green jobs yang kami inisiasi kami juga sudah sampaikan, yaitu eco-planner, kemudian eco-design arsitek, eco creation planner, electrical technicians, energy startup, organic food entrepreneur, kemudian solar panel technician, waste management startup,” jelasnya. (cnnindonesia)