Home » Advertorial » Diskominfo Kukar » Desa Margahayu Andalkan Potensi Karet dan Sawit, BUMDes Disiapkan Jadi Penggerak Ekonomi

Desa Margahayu Andalkan Potensi Karet dan Sawit, BUMDes Disiapkan Jadi Penggerak Ekonomi

Jumat,18 Juli 2025 06:00WIB

Bagikan : Array
Kades Margahayu Kecamatan Loa Kulu Kukar, Rusdi.

SINTESANEWS.ID – Desa Margahayu di Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar), menempatkan sektor perkebunan dan pertanian sebagai tulang punggung utama perekonomian warga.

Dari total sekitar 4.000 jiwa penduduk dan 1.200 kepala keluarga, sebanyak 35 persen menggantungkan hidup pada kebun karet dan sawit, sisanya di sektor pertanian seperti pesawahan.

Kepala Desa Margahayu, Rusdi, mengungkapkan bahwa sejak satu dekade terakhir, masyarakat telah menikmati hasil dari bantuan bibit karet yang diberikan pemerintah. Kini, kebun-kebun tersebut mulai menghasilkan dan menjadi sumber ekonomi yang stabil.

“Alhamdulillah, bantuan bibit karet sekitar 10 tahun lalu kini sudah produktif dan memberi nilai ekonomi bagi masyarakat kita,” ujar Rusdi saat ditemui, Rabu (16/7/2025).

Sementara itu, perkebunan sawit yang baru berkembang sekitar 10 persen dari total lahan, mulai dilirik generasi muda. Alasannya, potensi ekonominya besar, apalagi Desa Margahayu menjadi desa binaan perusahaan PT Niaga Emas yang memiliki pabrik pengolahan sawit di dekat wilayah desa.

Kata Rusdi, untuk memperkuat ketahanan pangan dan mendukung sektor ekonomi, pihaknya juga mulai memanfaatkan dana desa untuk penyertaan modal ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mandiri Sejahtera.

Dia bilang, salah satu inovasi yang tengah dijajaki adalah kerja sama dengan pabrik pengolahan karet di Palaran.

“Kita ingin hasil karet olahan bisa langsung ditampung oleh BUMDes, tidak perlu ke Samarinda. Ini akan menghemat biaya operasional dan membantu petani,” jelas Rusdi.

Kini, terdapat 20 kelompok tani yang telah memiliki legalitas resmi, dan sebagian mulai beralih dari persawahan ke kebun sawit karena perubahan fungsi lahan dan potensi pasar. Namun, Rusdi mengakui bahwa pemasaran, khususnya karet, masih menjadi tantangan utama.

“Jarak pemasaran yang jauh dan harga karet yang stagnan membuat biaya operasional tinggi. Ini jadi beban petani,” katanya.

Untuk mengatasi persoalan itu, Rusdi menekankan pentingnya peran strategis BUMDes sebagai mitra petani, baik sebagai pembeli hasil panen maupun penyalur ke pabrik. Dengan begitu, petani dapat fokus pada peningkatan produktivitas.

“Kita ingin petani tidak lagi terbebani ongkos kerja, cukup fokus menanam dan memanen. BUMDes yang urus pemasaran,” tuturnya.

Rusdi juga berharap ada dukungan dari pemerintah dan stakeholder dalam bentuk pelatihan dan pendampingan, agar petani bisa menghasilkan produk olahan dengan nilai tambah.

“Selama ini masyarakat hanya menyadap karet, langsung jual mentah. Ke depan, kita ingin ada pelatihan pengolahan agar hasil lebih bernilai,” pungkasnya. (ar/adv)

6085768219885996691-min

TOPIK TERKAIT

BERITA UTAMA

REKOMENDASI

WhatsApp Image 2025-03-03 at 10.30.26

TEKNOLOGI

TERPOPULER

HIBURAN

bannera

POLITIK