Jakarta, sintesanews.id – Rusia dan Ukraina telah menggelar sejumlah dialog perdamaian. Namun, negosiasi belum mencapai kesepakatan besar untuk menghentikan agresi Rusia.
Kedua kubu telah membuka ronde terbaru dialog mereka pada Selasa (15/3/2022) dan terus berlangsung hingga Kamis (17/3/2022). Meski demikian, diskusi ini harus dihentikandilanjutkan Rabu (16/3/2022).
Apa saja poin-poin tuntutan Rusia ke Ukraina? Pertama, Ukraina jadi negara berstatus netral. Rusia menginginkan jaminan hukum yang menyatakan Ukraina tak akan pernah diizinkan masuk ke NATO.
Presiden Vladimir Putin juga ingin Ukraina menandatangani kesepakatan netralitas dan mengubah konstitusi mereka terkait hal ini.
Kedua, Ukraina hentikan praktik fasisme. Melalui pernyataan yang dirilis Kremlin, Putin menyatakan salah satu kunci solusi konflik kedua negara ini yakni Ukraina harus menghapus pengaruh Nazi atau praktik fasisme (denazifikasi) dan demiliterisasi.
Rusia menilai Ukraina adalah negara neo-Nazi. Alasan ini menjadi salah satu dalih Moskow menyerang negara di Eropa Timur itu.
Selama ini, Putin mengklaim sebagian penduduk di Ukraina, utamanya di wilayah timur menjadi target diskriminasi hingga genosida.
Ketiga, Ukraina akui Crimea sebagai wilayah Rusia. Moskowmeminta Ukraina mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis pro-Rusia, yakni Donetsk dan Luhansk. Putin juga meminta Ukraina mengakui Crimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada 2014, sebagai wilayah Rusia.
Namun, tuntutan Rusia ini tak menuai respons positif dari Presiden Volodymyr Zelensky. Ia menegaskan Ukraina tak akan membuat konsesi dengan Moskow bila berkaitan dengan integritas teritorial negara itu.
“Presiden Volodymyr Zelensky pasti tidak akan membuat konsesi apa pun yang akan mengurangi integritas teritorial dan kebebasan kita,” ujar penasihat Zelensky, MykhailoPodolyak.
Keempat, pemberlakuan gencatan senjata. Ukraina meminta pemberlakuan gencatan senjata dengan Rusia, penarikan pasukan Rusia, dan menyatakan tak akan menyerahkan wilayah mereka ke Rusia. Namun, masih belum jelas apakah Ukraina bakal menolak pengakuan wilayah kekuasaan separatis pro-Rusia di Donbas atau Crimea sebagai bagian dari Moskow.
Diketahui, lebih dari 600 warga sipil tewas dalam serangan Rusia ke Ukraina. Namun, jumlah korban sesungguhnya diprediksi jauh lebih banyak.
Kelima, jaminan keamanan dari AS dan NATO. Ukraina telah memberikan kode mereka bakal berkompromi terkait masalah keanggotaan NATO. Kyiv menyatakan mereka akan melepaskan upaya keanggotaan NATO apabila negara itu mendapatkan jaminan keamanan dari AS dan blok tersebut, di luar dari perjanjian apa pun dengan Rusia.
Sejumlah pengamat menilai Putin tak ingin Ukraina masuk ke dalam NATO karena kondisi itu dapat mengancam Rusia.(cnnindonesia)