Home » Kolom » 75 Tahun HMI Berdiri, Sebuah Kritik dan Apresiasi

75 Tahun HMI Berdiri, Sebuah Kritik dan Apresiasi

Minggu,6 Februari 2022 04:36WIB

Bagikan : Array

Oleh: Guswar Amanda*

Tepat pada hari Sabtu, 5 Februari 2022, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) genap berusia 75 tahun. Di mana angka tersebut sudah tak lagi muda. Lantas, apakah tujuan HMI telah terealisasi atau masih dalam mimpi?

Tentunya generasi saat inilah yang bisa menjawabnya. Jika kita tarik sejarah awal berdirinya HMI pada masa-masa kemerdekaan, tepatnya tahun 1947, organisasi ini berperan besar dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang kala itu mahasiswa-mahasiswa ikut serta dalam upaya memerdekakan Indonesia tanpa terkecuali mahasiswa yang tergabung dalam HMI.

HMI banyak melahirkan tokoh-tokoh besar kala itu. Bahkan saking berperannya HMI pada masa itu, Jenderal Besar Sudirman memberikan julukan HMI “bukan sekadar Himpunan Mahasiswa Islam tetapi ia merupakan Harapan Masyarakat Indonesia”.

Pada era Orde Lama, HMI juga banyak berperan, salah satunya ikut serta menumpas pemberontakan PKI hingga organisasi yang berhaluan komunis tersebut berhasil dibubarkan.

Itulah sedikit ulasan peran HMI di masa lalu yang selalu dibanggakan atau diceritakan pada saat forum-forum formal HMI seperti Basic Training (LK I).

Namun bagaimana kondisi HMI hari ini? Jika dilihat perkembangan zaman yang semakin cepat dan pesat saat ini, nampaknya HMI akan ketinggalan jika masih bertahan dengan gaya-gaya lama. Dilihat juga dari sisi kualitas dan keaktifan kader hari ini, sungguh jauh berbeda dengan HMI pada masa lalu. Kondisi ini diperparah dengan berbagai macam problem di tubuh himpunan, baik dari tingkat komisariat, cabang, Badko, maupun Pengurus Besar HMI. Belum lagi persoalan konflik kepentingan dualisme dan sebagainya. Hal ini tentu tidak boleh dibiarkan.

Demikian pula persoalan pelanggaran AD/ART yang hari-hari ini bermunculan di media-media, terutama di akun-akun sosial media bernuansa HMI, seperti Instagram Arahan Kanda HMI Cerdas, yang hampir tiap hari memuat persoalan-persoalan internal dan hal lainnya. Ini merupakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

Tentunya hal tersebut menjadi tanggung jawab bersama, baik sebagai kader maupun pengurus di semua tingkatan. Bagaimana mau mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana tujuan HMI jika di lembaganya sendiri organisasi ini belum beres?

Melihat dari sudut lain juga HMI hari ini seperti terjebak dalam romantisme sejarah kejayaan masa lalu. Seperti saya sebut di atas. Ketika forum LK I, saat materi sejarah HMI, selalu diulas bagaimana luar biasanya seorang kakanda Lafran Pane sebagai pendiri HMI yang hidup dalam kesederhanaan namun memiliki pemikiran yang luar biasa.

Tidak sedikit juga diceritakan tokoh hebat perumus Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Nurcholish Madjid, yang karya dan pemikirannya sampai hari ini masih dijadikan suatu patokan nilai kebenaran dalam berhimpun bahkan dalam kehidupan di kampus sebagai mahasiswa serta dalam lingkungan masyarakat umum.

Tokoh perumus NDP tersebut adalah seorang profesor ternama pada masanya. Kalangan terpelajar pada saat itu semua mengenal sosok Cak Nur yang diketahui satu-satunya orang sipil yang wafatnya dimakamkan di taman makam pahlawan berkat jasanya terhadap negara.

Pertanyaannya kemudian adalah, apakah pemikiran kader HMI hari ini sudah bisa dan mampu melampaui cara berpikir tokoh-tokoh terdahulu?
Apakah cara berpikir kader HMI hanya stagnan saja? Sementara perkembangan zaman yang semakin maju menuntut kita untuk berubah.

Apakah kita tidak bisa menciptakan penerus-penerus ayahanda Lafran Pane dan Nurcholis Madjid era baru yang sesuai dengan zaman saat ini? Jawabannya bisa. Asalkan berbagai macam problem yang telah disebutkan di atas tadi dibenahi sehingga apa yang menjadi misi dan tujuan HMI itu betul-betul terlaksana dan tersampaikan.

Sebagai kader yang masih berproses di HMI Cabang Kukar, secara umum penulis ingin sedikit menyinggung terkhusus HMI Cabang Kukar yang kesejarahan berdirinya dirintis oleh tiga orang tokoh, yakni kakanda Suroto, Rahmawati dan Sopiar. Sebagai cabang yang memiliki tujuh komisariat di Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), sejak awal berdiri, perkembangannya sangat cukup bagus baik dari segi pengaderan maupun aspek lainnya.

Meskipun belakangan ini mempunyai problem, di antaranya kemerosotan minat dan keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi sehingga persoalan tersebut menjadi pekerjaan rumah di internal HMI Kukar, terkhusus di bidang terkait, dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

Penulis berharap dengan momen milad HMI yang ke-75 ini tidak hanya jadi euforia belaka dengan postingan ucapan dan twibbon di sosial media namun juga jadi bahan renungan ataupun muhasabah dan juga motivasi serta spirit untuk semua kader HMI.

Dengan bermuhasabah, maka segala kekurangan bisa diperbaiki dan dijadikan penyemangat agar HMI lebih baik di masa depan sehingga tujuan HMI yang ingin mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt benar-benar bisa tersampaikan di negeri kita tercinta Indonesia, terkhusus Kutai Kartanegara.

Akhir kata, yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu, sampaikan dengan amal, Yakin Usaha Sampai (Yakusa). (*Kader Aktif HMI Komisariat Febis Unikarta)

6085768219885996691-min

TOPIK TERKAIT

BERITA UTAMA

REKOMENDASI

cb69ca3e-61d6-4002-8894-a924a9d8e08a

TEKNOLOGI

TERPOPULER

HIBURAN

bannera

POLITIK